skip to main | skip to sidebar

SANCTUARY

  • Entries (RSS)
  • Comments (RSS)
  • Home
  • Friends Link
  • Contact Us

Selasa, 22 Juni 2010

Keajaiban di Balik Sampah Kemasan Aseptik

Diposting oleh rezzpa di 07.32 Label: Knowledge
        Anda pernah membeli susu, minuman rasa teh, atau jus buah yang dikemas dalam kemasan aseptik? Lalu setelah minuman di dalam kemasan tersebut anda habiskan, apa yang anda lakukan dengan sampah kemasan aseptik tersebut?

          Kemasan aseptik adalah kemasan yang didesain khusus agar produk makanan atau minuman yang dikemas di dalamnya terhindar dari berbagai kontaminan seperti bakteri. Oleh sebab itu, biasanya kemasan aseptik dibuat kedap udara. Kemasan aseptik dibuat berlapis-lapis, terdiri dari polietilen (15 %) , kertas / karton (80%), dan Alumunium (5%). Sistem pelapisan kertas karton dengan komponen plastik dan alumunium pada sampah kemasan aseptik bertujuan untuk menyempurnakan tingkat kekedapan udara dalam kemasan tersebut. Aluminium dipilih karena harganya lebih murah dibandingkan logam atau bahan kedap udara lainnya, selain karena aluminium ini ringan dan tidak mudah untuk terkorosi. 

Dampak Penggunaan Kemasan aseptik dalam Jumlah Besar

Di Indonesia, saat ini kemasan aseptik sudah banyak digunakan oleh industri-industri makanan ternama. Di sisi lain penggunaan dalam skala besar menimbulkan permasalahan di bidang lingkungan karena kemasan aseptik sendiri tidak ikut terkonsumsi atau dengan kata lain menjadi sampah. Di Bandung, contohnya, Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kelompok penelitian mahasiswa Teknik Kimia ITB, di beberapa franchise? Indomaret, Yomart, Alfamart, Circle K? di kota Bandung, jumlah kemasan aseptik yang dikonsumsi per hari mencapai angka sekitar 30.000 kemasan. Dapat dibayangkan jumlah kemasan aseptik yang dikonsumsi dalam kurun waktu 1 tahun akan menimbulkan suatu permasalahan sampah yang serius.
        Sampai saat ini penanganan sampah kemasan aseptik masih dilakukan dengan metode yang kurang tepat, setidaknya dalam skala rumah tangga. Biasanya sampah kemasan aseptik dibakar bersama dengan sampah organik lainnya. Ketika dibakar, kertas karton dan polietilen akan habis terbakar, namun logam Al tidak ikut terbakar dan dikubur dalam tanah. Logam aluminium dalam tanah dapat mengakibatkan pencemaran tanah. Lalu hasil dari pembakaran kertas karton dan polietilen pun akan berdampak pada pencemaran udara karena pembakaran tersebut menghasilkan senyawa polutan yang dapat membahayakan lingkungan. Kemungkinan lainnya adalah adanya pelarut yang dapat melarutkan logam aluminium sisa pembakaran tadi dan membawa sisa logam tersebut ke perairan dan menyebabkan pencemaran air. Jikalau pun dibakar di kolom insinerasi dengan suhu yang tinggi, aluminiumnya hanya akan meleleh untuk sementara waktu. Lelehan aluminium ini akan kembali menjadi padatan dan membentuk kerak pada insinerator saat terjadi penurunan suhu.
       Selain dibakar, penanganan sampah kemasan aseptik yang dianggap kurang tepat adalah dengan cara dikubur di dalam tanah. Penanganan ini akan berakibat buruk pada kondisi tanah karena hanya lapisan karton yang dapat terdegradasi di dalam tanah. Penguraian karton pun hanya dapat terjadi jika kemasan kemasan aseptik telah rusak secara fisik dan kehilangan lapisan pelindung polietilennya. Di lain pihak, lapisan polietilen tidak dapat diuraikan dan akan mengganggu keadaan fisik tanah. Sedangkan lapisan aluminium akan membentuk oksidanya dan mengganggu keseimbangan unsur-unsur dalam tanah.
      Jadi bila anda membuang sampah kemasan aseptik sembarangan maka anda turut bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan lingkungan. Selain isu kerusakan lingkungan, alasan untuk mengolah sampah kemasan aseptik juga dapat ditinjau dari sudut pandang energi. Sebagai mana kita ketahui bahwa untuk memperoleh alumunium murni dibutuhkan energi yang besar dalam proses pemurniannya. Oleh sebab itu, bila sampah kemasan aseptik yang mengandung alumunium murni tersebut tidak kita olah, maka telah terjadi energy loss yang cukup besar dan mubadzir.

Lantas bagaimana seharusnya penanganan sampah kemasan aseptik tersebut...??

Pada intinya, yang harus dilakukan pertama kali adalah memisahkan sampah kemasan aseptik tersebut dari lapisan kertasnya. Kemudian setelah lapisan kertas dapat dipisahkan, maka dapat dilakukan beberapa metode pemanfaatannya. Untuk sampah kertas dapat diolah menjadi kertas daur ulang.
Beberapa metode yang bisa dilakukan untuk pemanfaatan sampah ini, diantaranya : 



  1. Metode Hot – Pressing. Metode ini bertujuan memanfaatkan lapisan AL-PE. Lapisan AL-PE ini dipanaskan pada suhu tertentu hingga polietilen mencair. Setelah itu kemudian dimasukkan ke dalam cetakan untuk ditekan dengan tekanan tinggi. Produk akhir dari metode ini adalah komposit AL-PE. Komposit ini dapat digunakan sebagai material pengganti kayu, dll. Komposit yang telah berhasil dibuat memiliki kekuatan yang cukup kuat yakni sekitar 3 ton pada uji tekan komposit di lab teknik material ITB.
  2. Metode Pelarutan Menggunakan Pelarut Organik. Metode ini bertujuan untuk memperoleh alumunium murni dengan melarutkan polietilen yang melekat pada alumunium tersebut. Setelah diperoleh alumunium murni, selanjutnya AL-murni tersebut dapat dikonversi menjadi tawas ataupun sodium aluminat.


Bagaimana pengolahan sampah kemasan aseptik yang sebaiknya dilakukan?

Sampah kemasan aseptik memang unik karena tidak dapat dikelompokkan menjadi sampah organik ataupun sampah non-organik. Komposisi kertas (karton) yang mencapai 80% menyebabkan sampah ini sering dianggap sebagai organik. Namun, 20% sisanya merupakan bahan non-organik yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Oleh karena itu, perlu penanganan khusus untuk sampah kemasan aseptik tersebut.

Proses Pemisahan Komponen Organik dan Non-Organik

Penanganan khusus tersebut dimulai dengan proses pemisahan antara sampah organik (kertas/karton) dengan sampah anorganik (alumunium dan polietilen). Lapisan-lapisan ini dapat dipisahkan secara sederhana menggunakan tangki yang didesain khusus agar pada keluaran tangki dihasilkan bubur kertas dan lapisan aluminium-polietilen. Proses fisik yang digunakan pada tangki adalah pengadukan sederhana, dengan memanfaatkan bafel-bafel yang dipasang di bagian dalam tangki dan air panas yang digunakan sebagai pelarut. Proses ini digunakan agar tidak diperlukan pemisahan komponen sampah kemasan aseptik secara manual.
Setelah terpisah, bubur kertas yang dihasilkan diolah menjadi kertas daur ulang yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kertas seni. Kemudian Alumunium dan Polietilen dapat diolah secara terpadu (campuran Al-PE) maupun diolah secara terpisah.

                                             Metode Hot Pressing

Dalam bentuk terpadu, campuran Al-PE dapat diolah menjadi komposit dengan metode hot pressing. Tiga langkah penting dalam metode ini adalah pencacahan, pemanasan, dan pencetakan. Pencacahan lapisan aluminium-polietilen dilakukan untuk membuat bahan komposit menjadi homogen. Selain itu, pencacahan memudahkan dalam pemanasan, pelelehan polietilen lebih mudah dan cepat terjadi jika pencacahan lapisan tersebut dilakukan terlebih dahulu. Pemanasan aluminium-polietilen akan mempermudah proses pencetakan produk. Setelah proses pemanasan, aluminium-polietilen yang telah tercacah hancur dan panas secara bersamaan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan yang diberi tekanan hidraulik, yang dioperasikan secara mekanik. Besar tekanan harus maksimal agar menghasilkan produk dengan karakteristik yang terbaik.

Alat Pemroses Terintegrasi

Pada tahun 2008 kemarin, sekelompok mahasiswa S1 Teknik Kimia ITB, berhasil merepresentasikan ketiga langkah pengolahan tersebut menjadi sebuah alat terintegrasi. Alat terintegrasi ini masih dibuat untuk skala laboratorium. Alat terintegrasi ini terdiri dari:


  1. Extruder. Komponen ini digunakan untuk memasukkan bahan baku berupa lapisan aluminium-polietilen dari sampah kemasan aseptik dan sekaligus untuk mencacahnya. Sebenarnya alat ini adalah alat pencacah daging, tetapi mereka melihat suatu potensi bahwa alat ini dapat menjadi alat pencacah sampah sekaligus menjadi alat pendorong sampah yang masuk dari extruder hingga ke pencetakan. Sehingga, extruder ini menjadi suatu alat yang sangat berguna jika kita ingin melangsungkan proses secara berkelanjutan.
  2. Elemen pemanas (Termokopel). Komponen ini digunakan untuk memanaskan sampah, sebagai bahan baku, yang akan dicetak. Elemen pemanas dipasang secara melingkar di bagian tengah hingga ujung extruder (dekat alat pencetak). 
  3. Termo control. Komponen ini digunakan untuk mengatur dan memantau suhu pemanasan bahan baku yang akan dicetak. Termo control ini menggunakan termokopel sebagai sensor panasnya. Termo control diletakkan di ujung extruder yang sangat dekat dengan alat pencetak. Hal ini dimaksudkan agar bahan baku yang masuk ke pencetakan dipastikan telah memiliki suhu sesuai dengan yang dikehendaki.
  4. Pencetak. Komponen ini digunakan untuk mencetak bahan baku, yang telah melalui proses pemanasan, sehingga memiliki bentuk yang dikehendaki untuk kepentingan uji kekuatannya. Pencetak dipasang di bagian ujung extruder sehingga bahan baku yang telah dipanaskan tercetak di luar extruder.






SUMBER
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ada metode pemisahan komponen organik-non organik yang lain gak selain itu?? makasiih

3 Juli 2012 pukul 08.46

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Sponsored

Follower

google translate

Labels

  • Fun (4)
  • Knowledge (14)
  • Link Teman (1)
  • Peluang Bisnis (2)

Arsip Blog

  • ▼  2010 (18)
    • ►  Juli (1)
    • ▼  Juni (12)
      • Tips Berlibur ke Bali Dengan Kantong Tipis
      • 12 Saklar Lampu paling unik
      • 5000 Turbin Angin Untuk Rumah di UK
      • Keajaiban di Balik Sampah Kemasan Aseptik
      • Jalan - jalan ke Menara Observasi Rumah Energy di ...
      • Indonesia Merupakan Negara Toleran di Dunia
      • Surga Kecil Indonesia Yang Hampir Terlupakan
      • Penjelasan dan Cara Pengobatan Eye Floater
      • Ilusi Mata Yang Aneh, Unik dan Ajaib
      • ILMCI, Karya Anak Bangsa
      • Test Kecepatan Jari Tanganmu Mengetik karakter
      • Coober Pedy: Kota Australia di mana 1.500 Orang hi...
    • ►  Mei (5)
free counters
ProfiAdvert.com Advertisement
EasyAd aXverta Advertising
Ad by AdsMedia.cc'; } ?>
 

© 2010 My Web Blog
designed by DT Website Templates | Bloggerized by Agus Ramadhani | Zoomtemplate.com